analisis puisi " mata pisau" karya Sapardi Djoko Damono

September 30, 2012

MATA PISAU 
Oleh : 
Sapardi Djoko Damono

mata pisau itu tak berkejap menatapmu 
kau yang baru saja mengasahnya 
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel 
yang tersedia di atas meja 
sehabis makan malam; 
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu 


1.      Struktrur lahir
a.       Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan maksud (Keraf dalam Wahyudi 1989: 242).

Dalam puisi yang berjudul pada suatu hari nanti karya Sapardi Djoko Damono ini diksi yang dipakai tidak terlalu sulit, dan pembaca pasti akan mngerti apa makasud dari kata-kata yang dipilih dalam puisi ini.

b.      Pengimajian
Pengimajian atau daya bayang adalah kemampuan menciptakan citra atau bayangan dalam benak pembaca.

Pengimajian dalam puisi “mata pisau” ini yaitu membayangkan ketika kita melihat apel lalu mengirisnya dengan sebuah pisau yang tajam maka kita bisa menikmati apel tersebut akan tetapi jika pisau tersebut digunakan untuk memotong urat nadi seseorang maka akan lain ceritanya.

c.       Majas
Majas adalah ungkapan gaya dan rasa bahasa yang menunjukkan kepiawaian penyair.

Menurut Baribin (1990:50) personifikasi ialah mempersamakan benda dengan manusia, hal ini menyebabkan lukisan menjadi hidup, berperan menjadi lebih jelas, dan memberikan bayangan angan yang konkret. 

Dalam puisi ini tertulis pada larik pertama “mata pisau itu tak berkejap menatapmu” ini menunjukan bahwa kalimat tersebut masuk kedalam personifikasi dari kata mata itu tak berkejap menatapmu. Menatapmu disini seolah-olah pisau itu mempunyai mata atau indera penglihatan seperti makhluk hidup ataupun seperti manusi yang mempunyai indera penglihatan.
           
d.      Rima
Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak. Rima merupakan salah satu unsur penting dalam puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi tercipta. Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam satu bait. Rima juga dapat ditemukan dalam satu baris.

Puisi yang berjudul “mata pisau” termasuk ke dalam rima datar yaitu persamaan bunyi pada tiap-tiap larik sajak. Dan menempati rima asonansi (pengulangan bunyi vokal).

Misalnya : mata pisau itu tak berkejap menatapmu 

e.       Irama
Irama sering juga disebut dengan ritme atau tinggi rendah, panjang pendek, keras lembut, atau cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi tersebut dibaca.

Pada puisi ini iramanya terdapat pada akhir puisi pada setiap kata hingga pada setiap barisnya. Sehingga ketika diucapkan iramanya mengacu pada tiap kata sehingga terdapat tekanan ketika membacanya. 

2.      Struktur Batin
a.       Tema
Herman J. Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair”.

Tema dalam puisi “mata pisau” adalah Sesuatu hal yang terlihat positif ternyata mnyimpan sesuatu hal yang negatif pula, jika kita salah menempatkannya.

b.      Perasaan
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Herman J. Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.

Perasaan Penyair dalam puisi ini yaitu ingin menunjukan bahwa sesuatu yang bermanfaat dan bernilai positif bisa menimbulkan hal negatif juga tergantung orang yang memakainya. Dan disini penyair menentang jika sesuatu yang bernilai positif di gunakan untuk hal yang negatif.

c.       Nada
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang dikemukakakn oleh Herman J. Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Dalam puisi “ mata pisau” Tidak terlihat emosi pada si penyair, dan nada dalam puisi ini terkesan datar.
d.      Suasana
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.

Suasana pembaca setelah membaca puisi ini yaitu merasa sedikit ada takut dan terkejut karena diakhir puisinya terlihat mengerikat yaitu dengan adanya kalimat “memotong urat leher”.

e.       Amanat
Herman J. Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”.

Jika sesuatu hal digunakan untuk hal yang positif maka akan menimbulkan hal yang positif pula dan sebaliknya jika sesuatu hal digunakan untuk hal yang negatif maka akan menimbulkan hal yang negatif pula bagi kita.

No comments:

Powered by Blogger.