Sepenggal cerpen "Karena Cinta Itu Cinta"

March 01, 2013

Karena Cinta Itu Cinta
Cerita itu dimulai ketika aku mulai masuk SMA. Saat dimana para remaja seumuranku maresakan indahnya cinta. Namun cerita itu tak sama denganku. Namaku Cinta, tapi kata cinta yang dirasakan para remaja itu sedikitpun tidak melintas dibenakku.
Kata orang cinta itu indah, cinta itu mmanis, tapi ada juga yang mengatakan bahwa cinta itu menyakitkan. Aneh sekali apa yang dinamakan cinta itu, Sedih dan bahagia bisa di dapatkan dalam waktu yang bersamaan.
Mungkin karena namaku Cinta, aku jadi sial dan cinta tidak mau mendekatiku. Wajahku tidak jelek-jelek amat, bahkan semua teman-temanku kebanyakan cowok. Tapi ada satu hal yang membuat orang enggan mendekatiku, yaitu karena aku cuek banget sama cowok. Selain itu gayaku yang tomboy membuat cowok ilfeel sama aku. Itu mungkin hanya pendapatku saja, soalnya tanda-tanda seorang cowok menyukaiku saja tidak aku rasakan sama sekali. Sampai-sampai teman-temanku bilang kalau aku tidak normal. Memangnya aku cewek apaan?
Pagi itu aku hendak menyimpan sepeda di tempat parkir sekolah. Tapi ada hal yang membuat berbeda di hari itu, tempat parkir yang biasa kutempati ternyata ditempati orang. Motor sport terlihat sedang berdiri kokoh di atas standar motor itu. Namun anehnya aku baru melihat motor itu. Dan akupun penasaran siapa orang yang punya motor itu. Kudekati motor itu dengan perlahan dan sedikit mengendap-endap, dari belakangku ternyata ada seseorang yang hampir saja menakutkanku. Aku pun kepalang kaget, helm yang aku pegang pun dengan tidak sengaja mendarat di muka orang itu. PLAKKKK !!!!
“awwww”  Teriak orang itu kesakitan.
“ maaf-maaf” ucapku sambil melepaskan helm ditanganku.
Ternyata itu anak baru di sekolahku. Aku bisa bilang seperti itu karena aku baru melihatnya. Dan tatapan mata itu mengapa begitu aneh dipikiranku. Kebetulan kita memang saling bertatapan, namun hal itu pun segera berakhir ketika cowok itu maju ke arahku hingga sampai ke motor  yang baru saja merebut tempat parkirku itu. Ia mengambir map dan melesat pergi menjauh tanpa mengatakan hal apapun kepadaku. Aku pun terdiam sebentar namun diamku itu akhirnya buyar ketika sahabatku sedari kecil memanggilku namanya virgo.
Di koridor sekolah kulihat orang-orang sedang berkerumun, aku pun sontak kaget dan bertanya-tanya apa yang membuat orang-orang itu sam pai histeris seperti itu. Memang kebanyakan dari mereka adalah para cewek-cewek sekolah yang keganjenan, dan centi-centil. Ihhh aku merasa jijik dengan sikap mereka yang seperti itu. Ketika ku perhatikan tiba-tiba dari kerumunan tersebut keluar seorang  cowok yang tadi kutemui di parkiran sekolah.
Ketika aku sampai dikelas, aku dan virgo pun segera duduk. Bel masuk pun berbunyi, seoarang guru terlihat masuk keruangan kelasku dan disusul seorang cowok yang sudah dua kali ku temui hari ini. Semua cewek di kelasku pun teriak histeris entah apa yang membuat mereka seperti itu namun satu hal aku sama sekali tidak tertarik untuk mengikuti mereka.
Seminggu telah berlalu, sekolahku bagaikan ajang pertis dengan para penggemarnya. Dan telah menjadi cerita public bahwa yang menjadi artis di sekolahku selama sepekan ini adalah anak baru itu. Lebih-lebih lagi ketika anak baru itu masuk tim basket sekolah. aku sebel banget melihat anak baru itu. Otakku mau pecah jika melihat dia di kerumuni anak-anak sekolah. bukannya aku sirik, aku hanya tidak suka dengan orang yang berlebihan seperti anak baru itu.
PLAAAKKKKK!!!! Bola basket menjurus kepadaku. Kepalaku pusing, dan aku tak ingat apapun. Tiba-tiba ketika aku sadar, aku sudah terbaring lemas di ruang UKS sekolah.
“kamu tidak apa-apa?” Tanya seorang cowok yang kulihat menungguku di UKS sekolah.
Dengan mata sedikit berkaca-kaca kubuka kelopak mataku perlahan-lahan dan ternyata aku kaget bukan kepalang, cowok yang sengaja menungguku di ruang UKS adalah Raka anak baru yang menjadi bulan-bulanan anak cewek di sekolah.
“heyy, kamu tidak apa-apa kan?” Tanyanya lagi.
Aku benar-benar kaget dan membuat mulutku seakan-akan tidak bisa terbuka untuk mengucapkan satu kata pun.
“oh, aku minta maaf. Tadi aku tidak sengaja melempar bola basket, dan ternyata kena kepalamu.” ucap Raka dengan senyuman ramahnya.
Aku semakin tidak bisa berkata-kata sedikitpun. Entah mengapa mulutku seakan terkunci dan tak bisa membuka untuk mengucapkan satu kata pun.
“Cinta…!!!” seru virgo masuk dengan cemas menemuiku.
Dengan spontan aku pun langsung menarik virgo keluar tanpa memperdulikan Raka yag sedari tadi menungguku.
Kejadian itu benar-benar membuatku bungkam seribu bahasa. Sudah tiga hari mulutku bungkam, virgo pun merasa aneh kepadaku. Pikiranku benar-benar habis. Raka benar-benar membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Entah sihir apa yang membuatku jadi seperti ini.
“cinta, ada yang aneh darimu. Kamu kenapa sih??” pertanyaan itu sering
 Kali terlintas di benakku. tapi entahlah akupun tak bisa menjawabnya.
Setelah seminggu berlalu, aku pun sudah kembali seperti aku yang dulu. Pagi itu aku dan virgo berangkat sekolah bareng dengan sepeda kami masing-masing. Tiba-tiba dari belakang ada motor menikung dan memotong ,perjalanan kami. Aku sangat terkejut, virgo pun sama.
“hai Cinta!!!” tegur seorang cowok membuka helm dan turun dari motor itu.
Terlihat sosok Raka, tiba-tiba jantungku berdegub dengan kencang. Aku pun semakin gugup melihatnya.
“hey, apa-apan ini seenaknya saja memotong jalan orang” sahut virgo terkesan marah.
Anehnya Raka hanya tersenyum dan ia pun kembali memakai helmnya dan pergi meninggalkan kami. Aku dan Virgo merasa aneh dengan tingkah laku Raka barusan. Dia memang orang aneh pikirku dalam hati.
Semua anak berkerumun di depan madding sekolah, entah apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Aku mendekat dan semua orang meledekku. Aku tidak terima apa yang mereka katakana lalu aku mendekat ke mading ternyata disana terlihat Raka menungguku dan senyum kepadaku.
“apa-apaan ini????” Tanya Virgo.
Virgo mendekat dan mendahuluiku untuk sampai tepat di depan Raka. Virgo merasa Raka sedang mengerjai cinta dan ia sangat tidak terima bila apa yang di pikirkannya itu benar. Raka mendekan kepadaku dan mengucapkan sesuatu hal yang tak pernah aku sangka.
“Cinta aku menyukaimu” kalimat itu sangat jelas terucap, hingga semua anak yang menyaksikan itu menjerit.
Aku benar-benar gugup seperti mendapat serangan jantung dan membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Dan kejadian ini lebih dari kejadian di UKS lalu.
Entah apa yang membuatku menerima raka sebagai pacarku tapi itulah cinta sulit dipahami. Satu minggu jadian dengan Raka membuatku bahagia. Dulu melihat orang pacaran bagitu aneh tapi sekarang aku merasakannya. Tapi kebahagiaan itu runtuh seketika, disaat aku tahu bahwa ternyata Raka jadian denganku karena mendapat tantangan dri temannya. Dan itu hanya sekedar taruhan???? Aku benar-benar lemas mendengar berita itu. Virgo memang mengetahui hal itu dari temannya, dan memberitahukaanya kepadaku. Awalnya aku tak mempercayainya tapi aku melihat sendiri Raka mendapat uang hasil taruhannya itu. Aku marah besar pada waktu itu dan menampar Raka hingga dia terjatuh. Aku merasa kekesalanku harus terlampiaskan padanya waktu itu juga tapi Virgo menghentikanku.
“aku benci kamu Raka!!!” satu tembakan menembus foto Raka.
Virgo memang mengerti segala yang kurasakan. Ia pun mengusulkan agar aku melampiaskan segala kemarahaku pada sehelai kertas yang terpampang foto Raka.
Rasanya malas jika harus ke sekolah. Raka menjadi musuh pertama yang tidak ingin kutemui. Apalagi aku dan dia sekelas. Setelah sekian lama rasa benci itu pun akhirnya pudar. Tidak ada rasa suka bahkan benci yang terlintas di pikiranku jika melihat Raka. Syukurlah, karena tidak baik membenci orang terlalu lama. Itulah kata-kata yang sering ku dengar dari mulut virgo. Sahabatku itu memang sangat baik terhadapku. Dan entah mengapa aku memendam rasa suka terhadapnya, tapi aku tidak mau mengatakannya karena aku tahu CINTA itu mungkin tidak akan selamanya seperti namaku CINTA. Mungkin saja namaku bisa dikenang orang tapi orang yang mempunyai nama itu pun pasti akan meninggal. Maka aku putuskan untuk memendam semua perasaanku pada virgo.


No comments:

Powered by Blogger.