Budaya miss world vs budaya indonesia (문화)

October 01, 2017




Ratu kecantikan tertua di dunia ini, diselenggarakan tahun ini. Indonesia di pilih menjadi tuan rumah di ajang bergengsi tersebut. Rasa nasionalisme kerap hadir ketika Negara ini menjadi tuan rumah suatu kegiatan, apalagi jika kegiatan tersebut merupakan ajang bergengsi di dunia. Tidah heran memang jika setiap berbondong-bondong menunjukan rasa nasionalismenya. Entah itu hanya ikut-ikutan semata atau memang murni datri hatinya.
Untuk ajang sekelas miss world ini, indonesia memang merasa harus bisa memanfaatkan kehadiran dari ajang ini. Sebagai tuan rumah indonesia bisa saja menampilkan berbagai hal kebudayaan yang ada di indonesia. Kebudayaan yang ada pun sekiranya tak akan bisa diperkenalkan semuanya. Akan tetapi hal-hal terunik dari budaya kita memang patut di perkenalkan dengan adanya ajang ini.
Sebagai warga bagian timur dunia, indonesia memang memiliki banyak norma yang di anut. Apalagi dengan banyaknya keragaman budaya mulai dari suku sampai agama pun berpengaruh besar dalam hal ini. Pro dan kontra memang selalu hadir, ajang ratu kecantikan memang selalu menghadirkan sensasi di mata seluruh masyarakat dunia. Budaya miss world yang kita ketahui memang lebih menekankan kepada memperlihatkan betapa cantiknya seorang wanita di setiap belahan dunia ini. Setiap wanita memiliki keunikan di masing-masing dirinya. Kepintaran memang menjadi poin penting juga, akan tetapi hal yang tidak bisa diterima masyarakat ketimuran adalah budaya miss world yang memang sangat jauh bertentangan dengan masyarakat kita. Kontes bikini misalnya, pihak panitia miss world sendiri harus menghapus salah satu icon yang memang setiap tahun sering di konteskan pada ajang bergengsi ini.
Budaya indonesia tidak bisa membaur secara penuh dengan budaya miss world. Timur tidak bisa membaur dengan barat. Ada hal-hal yang membuat budaya miss world tersebut di kecam untuk tidak di konteskan tahun ini. Banyak pihak yang melarang hal itu. Budaya ketimuran memang tidak bisa membaur dengan budaya kebaratan.
           

No comments:

Powered by Blogger.