MATA PISAU
Oleh :
Sapardi Djoko Damono
Oleh :
Sapardi Djoko Damono
mata
pisau itu tak berkejap menatapmu
kau yang baru saja mengasahnya
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
kau yang baru saja mengasahnya
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
1.
Struktrur
lahir
a. Diksi
Diksi atau pilihan kata
adalah pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan maksud (Keraf dalam Wahyudi
1989: 242).
Dalam puisi yang berjudul pada suatu hari nanti karya Sapardi Djoko
Damono ini diksi yang dipakai tidak terlalu sulit, dan pembaca pasti akan
mngerti apa makasud dari kata-kata yang dipilih dalam puisi ini.
b. Pengimajian
Pengimajian atau daya
bayang adalah kemampuan menciptakan citra atau bayangan dalam benak pembaca.
Pengimajian dalam puisi “mata pisau” ini yaitu membayangkan
ketika kita melihat apel lalu mengirisnya dengan sebuah pisau yang tajam maka
kita bisa menikmati apel tersebut akan tetapi jika pisau tersebut digunakan
untuk memotong urat nadi seseorang maka akan lain ceritanya.
c. Majas
Majas
adalah ungkapan gaya dan rasa bahasa yang menunjukkan kepiawaian penyair.
Menurut Baribin
(1990:50) personifikasi ialah mempersamakan benda dengan manusia, hal ini
menyebabkan lukisan menjadi hidup, berperan menjadi lebih jelas, dan memberikan
bayangan angan yang konkret.
Dalam puisi ini tertulis pada larik pertama “mata pisau itu tak
berkejap menatapmu” ini menunjukan bahwa
kalimat tersebut masuk kedalam personifikasi dari kata mata itu tak berkejap
menatapmu. Menatapmu disini seolah-olah pisau itu mempunyai mata atau indera
penglihatan seperti makhluk hidup ataupun seperti manusi yang mempunyai indera
penglihatan.
d.
Rima
Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik
dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak. Rima merupakan salah satu
unsur penting dalam puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi tercipta.
Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam satu bait. Rima juga dapat
ditemukan dalam satu baris.
Puisi yang berjudul “mata pisau” termasuk ke dalam
rima datar yaitu persamaan bunyi pada tiap-tiap
larik sajak. Dan menempati
rima asonansi (pengulangan bunyi vokal).
Misalnya : mata pisau itu tak berkejap
menatapmu
e. Irama
Irama sering juga disebut dengan ritme atau tinggi
rendah, panjang pendek, keras lembut, atau cepat dan lambatnya kata atau
baris-baris suatu puisi bila puisi tersebut dibaca.
Pada puisi ini iramanya
terdapat pada akhir puisi pada setiap kata hingga pada setiap barisnya.
Sehingga ketika diucapkan iramanya mengacu pada tiap kata sehingga terdapat
tekanan ketika membacanya.
2.
Struktur
Batin
a. Tema
Herman J. Waluyo
(1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter yang
dikemukakan oleh penyair”.
Tema dalam puisi “mata pisau” adalah Sesuatu hal
yang terlihat positif ternyata mnyimpan sesuatu hal yang negatif pula, jika
kita salah menempatkannya.
b. Perasaan
Perasaan ini adalah
keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini
didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Herman J. Waluyo (1987:121)
bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan
harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Perasaan Penyair dalam puisi ini yaitu ingin menunjukan
bahwa sesuatu yang bermanfaat dan bernilai positif bisa menimbulkan hal negatif
juga tergantung orang yang memakainya. Dan disini penyair menentang jika
sesuatu yang bernilai positif di gunakan untuk hal yang negatif.
c. Nada
Nada adalah sikap
penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang
sering digunakan oleah penyair, seperti yang dikemukakakn oleh Herman J. Waluyo
(1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau
bersikap lugas…”.
Dalam puisi “ mata pisau” Tidak terlihat emosi pada si
penyair, dan nada dalam puisi ini terkesan datar.
d. Suasana
Suasana adalah
keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.
Suasana pembaca setelah membaca puisi ini yaitu
merasa sedikit ada takut dan terkejut karena diakhir puisinya terlihat
mengerikat yaitu dengan adanya kalimat “memotong urat leher”.
e. Amanat
Herman J. Waluyo
(1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau
himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”.
Jika sesuatu hal digunakan untuk hal yang positif
maka akan menimbulkan hal yang positif pula dan sebaliknya jika sesuatu hal
digunakan untuk hal yang negatif maka akan menimbulkan hal yang negatif pula
bagi kita.
Tags
Puisi