.
.
.
Malam ini ku akui ada hal yang terlintas di benakku.
Beberapa kata tak bisa menggambarkan apa yang ku rasa.
Tapi, semakin ku ingat mendadak setetes ai keluar dari mataku.
Soal perbedaan, kali ini sejujurnya aku merasa berat.
2014
Kubuka ponsel selepas menemukan tempat duduk ternyaman di bis.
Kali ini perjalanan ku lalui sendiri.
Ku ketikan sebuah kalimat penuh makna.
'Aku pergi'
Lantas ku kirim kan segera kalimat itu kepadanya.
Seorang lelaki yang aku suka.
Ada perasaan bagaimana berat rasanya jika aku selalu pergi sendiri.
Menjadi seorang yang kuat dan tegar dalam melangkah bukan hal yang mudah.
Ada sebagian dari rasa itu yang ingin kucoba lampiaskan dengan mengirim pesan
'Bisakah kau mengantarku?'
Namun sayangnya aku merasa bahwa kalimat itu tak sesuai dengan diriku.
Tentu saja aku merasa ini bualan.
Karena menjadi wanita yang selalu melakukan semuanya sendiri juga tidak mudah.
.
.
.
2018
Kali ini kerjaan sangat menumpuk.
Mengenai teknologi, tentu saja aku tak pernah rela jika otakku tak bisa menggenggamnya.
Mau tak mau aku harus bisa.
Untuk apa?
Kesenangan!
Dan
Mandiri!
Lagi lagi.
Sialnya, kali ini aku merasa kesulitan.
Sepele memang, tapi bukannya menjadi orang awam sama halnya dengan kegelapan?
Kupaksakan untuk meminta bantuannya kali ini.
"Kamu bisa bantu aku? Aku cukup kesulitan soal ini. Aku hanya ingin dibuatkan rumus agar pekerjaanku semakin mudah" tanyaku padanya.
"Kau bisa googling... coba saja" jawabnya.
Jawaban yang tak pernah membuatku senang akhirnya muncul kembali.
Kupikir, jika orangnya bukan dia semua akan berbeda.
Namun, nyatanya sama.
Meskipun kini bersama kamu, aku tetap tidak bisa bergantung.
Selalu harus menjadi mandiri.
Memang benar bahwa menggantungkan sesuatu pada sesama manusia itu tidak ada gunanya.
Banyak hal yang akan buatmu terluka jika harapanmu tentangnya tidak sama.
Oleh karenanya, aku tidak pernah mau bergantung pada mereka.
***