RIDHO SUSAH TIDUR - EP. 6 Orwell dan Pasukannya (CERITA BERSAMBUNG)

Gratis Foto stok gratis elektronik, insomnia, jam digital Foto Stok

RIDHO SUSAH TIDUR

Orwell dan Pasukannya

Malam kembali datang tapi kantuk masih belum “pulang”. Kubersihkan kaca cermin yang mulai berjamur, membereskan kasur berharap malam ini kantuk benar-benar datang dan aku bisa terlelap, karena yang aku inginkan saat ini hanyalah tidur.

Sedang aku membereskan rak buku, ada satu hal yang membuat memori masa lalu ku terbaca ulang, sebuah buku cerita terbitan tahun lama yang pernah menjadi senjata ibuku jika aku sulit tidur di malam hari. Seolah masih baru kemarin, aku mencoba membaca kembali buku cerita lama yang sudah usang berharap setelah membacanya memori masa kecilku terpanggil dan aku bisa benar-benar tertidur. 

Malam ini diluar basah sekali, hujan turun dari awal petang. Cuaca sudah mulai tidak menentu, kadang dingin, kadang gerah, kadang kesepian. Di dinding, kulihat barisan semut sedang turun dari sela jendala menuju bawah meja, rupanya ada remah sisa makanan yang terjatuh dan berserakan di karpet.

Ku perhatikan lebih dalam, semua semut berbaris rapi. Satu persatu mereka ambil sebongkah remahan itu lalu kembali ke asalnya. Aku coba ikuti semut-semut itu sampai ke markas koloni nya, ya di sela jendala kayu bangkirai, kayu tua dari kalimantan. Seketika aku ikut berbaris dengan sekumpulan semut itu “berapa bongkah lagi kita harus angkut ini kue?” tanya si semut yang gigi sengatnya tanggal sebelah “lima kali putaran lagi pak!” jawab serentak dari koloni semut itu. 

“Hey kau, Ridho! Sini ko lihat aku! Jangan ko melamun! Sana cepat ko masuk barisan!” tegur si sengat tanggal sebelah. 

Awalnya aku bingung, lalu akhirnya aku ikut dalam barisan itu. Tidak ada percakapan, tidak ada suara semuanya fokus berbaris dan berjalan kembali menuju remah-remah. Ditengah perjalanan seketika barisan semut berhamburan, lari ke segala arah. “Do ayo, jangan kau melamun! Ikuti aku cepat” tanpa pikir panjang aku segera mengikuti si semut yang banyak sekali bekas luka di kepalanya. 

Ternyata sebab dari kekacauan ini disebabkan oleh kembalinya sekelompok kecoa yang datang dari persembunyiannya. Mereka mencoba merebut remahan itu dengan cara yang kotor dan tidak memiliki belas kasih. Mereka ambil semuanya, semaunya hingga pada akhirnya mereka membunuh satu persatu anggota koloni yang mencoba menghalangi mereka.

Pelarian ku berhenti di sebuah lubang gelap, sekilas kulihat sebelum masuk ke lubang gelap aku melihat satu buah bola oranye bertuliskan Donic. “akhirnya kita selamat fyuhh, nih minum dulu!”  sedang aku ambil gumpalan airnya, tiba-tiba ia memperkenalkan diri “kenalin, namaku Orwell komandan divisi 2 koloni semut Marui Selatan! Kekacauan yang kau lihat barusan itu kekacauan ketiga setelah kematian Ratu kita bernama Miasma, kecoa itu datang dari daerah gorong-gorong hitam bau kencing bernama Barador. Pemimpin mereka, si Kecoa perak  bernama Kuuga merupakan seekor kecoa bengis, selama beberapa Coa* ia telah berhasil menghancurkan koloni-koloni kita di utara dan barat, disini hanya kami yang tersisa dan juga saudara kami dari timur yang masih bertahan melawan dominasi mereka. Kami tidak bisa saling bantu, bukan karena kami tidak sejalan tetapi kelihaian si Kuuga yang membuat akses bantuan kita ke timur terputus.” Dari cerita Orwell aku mulai mengerti, mengapa ia punya bekas luka di kepalanya, dan juga mengapa rumah koloni mereka begitu membingungkan seperti labirin. “Do, aku harap kau masih disini, kita tunggu Ratu kita lahir kembali untuk melakukan perlawanan terhadap kaum Gorr dan menghancurkan Barador”.



*Coa = Hitungan hari kaum semut, 1 Coa sama dengan 2 jam di dunia manusia.

Post a Comment

Previous Post Next Post