“Ayah, Ibu… !!! teriak Mia di
sudut pintu depan rumah.
Saat itu memang hari dimana
sekolah mia mengadakan pembagian raport hasil belajarnya selama satu semester.
Mia pun segera memasuki ruang tamu dimana ayah dan ibunya sedang harap-harap
cemas menunggu hasil belajar anaknya itu.
”Ayah, ibu, Mia berhasil juara di
kelas” sahut mia antusias
Siswi kelas 2 SMA ini memang
begitu antusias dalam belajar , itu dilakukannya demi hadiah liburan yang
dipintanya. Liburan selama dua minggu yang dipinta mia memang sengaja
diajukannya karena ia merasa kurang perhatian dari orang tuanya, dalam beberapa
bulan ini ayah dan ibunya memang sibuk dengan bisnis mereka masing-masing dan
itu membuat prestasinya di sekolah menurun hingga akhirnya Mia membuat sebuah
perjanjian dengan kedua orang tuanya.
Tibalah saatnya liburan yang
ditunggu-tunggu Mia selama satu semester. Puncak memang sengaja dipilihnya sebagai
tempat liburannya karena Mia sangat suka dengan suasana puncak yang menyejukan.
Salah satu villa pun dipilih keluarga kecil itu. suasana villa yang begitu
sejuk, membuat keharmonisan keluarga kecil Mia menjadi lebih meningkat.
Di hari pertama Mia dan
keluarganya jalan-jalan mengelilingi puncak dengan bahagianya. Mia merupakan
anak pertama dan anak satu-satunya di keluarga itu, dan itu sedikit membuatnya merasa
kesepian apalagi jika orang tuanya sibuk dengan bisnis mereka masing-masing.
Di suatu sore Mia keluar villa
yang ditinggalinya selama dua minggu itu. di halaman villa itu memang tersedia
ayunan, tempat duduk, serta pohon besar yang membuat halaman itu begitu sejuk
dan membuat orang yang berada di halaman tersebut merasa nyaman. Ketika ia
melihat ayunan itu dari kejauhan tiba-tiba ayunan tersebut bergerak, mungkin
itu hanya angin pikir Mia dalam hati. Kemudian didekatinya ayunan itu lalu
tiba-tiba Mia merasa ada yang melewatinya dengan lembut dibelakang rambutnya
menyapanya dengan ramah. Mia merasa sesuatu hal aneh sedang terjadi pada sore
itu, namun ia tak mau berpikir yang aneh-aneh dan ia pun kembali masuk villa
dan beristirahat.
Paginya, angin berhembus cukup
besar. Dinginnya puncak membuat suasana pagi itu cukup membuat mia malas untuk
pergi keluar villa. Disaat orang tua Mia pergi entah kemana ia pun tak tahu, ia
segera bergegas keluar villa mencari-cari kedua orang tuanya. Disudut kiri,
kanan, kedua orang tuanya tak ada, pikirannya kalang kabut benar-benar campur
aduk. Mia pun menangis tepat di dekat ayunan halaman villa itu.
Entah mengapa ketika Mia
mengangkat kepalanya yang semula menunduk, terlihat seorang gadis periang
seumuran mia yang manis dan cantik. Ia bermain ayunan dan terlihat senang
sekali tertawa cekikikan seakan-akan tak ada beban yang menyelimutinya. Mia pun
tertarik mendekati gadis itu. Dan keluarlah perkataan dari mulutnya.
“kau siapa?” Tanya Mia
“ hehehe….” jawab gadis itu
tertawa riang.
Angin pun berhembus dengan halus
melintas diantara rambutnya yang tergurai indah. Mia pun semakin penasaran
siapa gadis yang sedang bermain ayunan di villa tempat ia berlibur itu.
“kenapa ketawa? apa kau lihat
ayah ibuku yang keluar dari villa ini? Aku mencari-carinya tapi mereka tidak
ada. Apa mereka meninggalkanku? Kau dari mana? Kenapa kau ada disini?” sederet
pertanyaan pun keluar dari mulutnya.
“aku tidak tahu, aku tinggal
disekitar sini. Kau baru ya disini aku baru melihatmu?”
“iya aku hanya liburan disini dan
itu hanya dua minggu. Kau asli orang sini ya?”
“hehehe… tidak aku hanya mampir
nanti juga kembali lagi kerumahku”
“memangnya rumahmu dimana? Kamu
bilang tadi tinggal disini!”
“hehehe… aku pergi dulu ya orang
tua mu sudah datang!!!”
Mia melihat kearah pintu masuk
villa dan ternyata benar sebuah mobil melaju dan berhenti di depan villa itu. Mia
pun segera menghampiri kedua orang tuanya.
“ ayah dan ibu dari mana saja aku
tadi kalang kabut mencari kalian” Tanya mia memelas.
“maaf sayang ibu dan ayah tadi
mencari supermarket, ternyata jauh sekali tempatnya. Kamu sudah mandi?”
“sudah bu, oh iya aku punya….”
Ucapan Mia pun terhenti ketika
melihat ayunan dihalaman villanya kosong tak ada seorang pun yang berada
disana. Ia pun jadi urung menceritakan sosok teman barunya yang ia temui tadi.
Keesokan harinya, Mia merasa
seolah-olah ada yang menarik dirinya ke depan halaman villa. Ayunan itu, ia
lihat ayunan itu mengayun dengan lembut seperti ada yang duduk memainkan ayunan
tersebut. Tapi tak ada seorang sosok pun yang terlihat disana.
Satu minggu beralu, tanpa ada
masalah sedikitpun mia dan keluarganya benar-benar menghabiskan masa liburannya
dengan sangat bahagia.
“sekarang tinggal satu minggu
lagi waktu yang tersisa” ucap Mia sambil melingkari kalender yang sengaja ia
persiapkan agar ia tidak lupa dengan jatah liburannya yang hanya dua minggu.
“pokoknya waktu yang tinggal
seminggu ini harus aku manfaatkan!” ucap Mia dengan penuh ketegasan.
***
“hai cantik…”
Mia merasakan seperti ada yang
memanggilnya siang itu. Suara yang tak asing lagi baginya.
“kau sombong sekarang tak mau menjawab
teguranku” suara itu terdengar lagi di kuping Mia. Mia semakin bingung siapa
sebenarnya yang mengeluarkan suara itu. Hembusan angin pun terasa sangat aneh,
terasa lembut menyapa Mia. Tanpa sadar Mia pun berdiri dari tempat ia duduk,
berjalan perlahan seakan-akan ada yang menarik dia keluar. Keluar, keluar, dan
semakin keluar. Tibalah Mia di depan sebuah rumah kecil yang sederhana. Mia pun
tersadar, terlihat sesosok laki-laki tampan keluar dari balik pintu di rumah
sederhana itu. Siswi kelas 2 SMA pun
sontak kaget, ketika itu Mia tersadar ternyata ia sudah berada di tempat yang
tidak sama sekali ia ketahui. Ia merasa berada di dalam mimpi, namun itu sama
sekali bukan mimpi melainkan kenyataan misterius yang benar-benar membuat Mia
tak tahu harus berbuat apa-apa.
“kamu siapa” satu pertanyaan keluar dari
mulut laki-laki yang sama sekali belum ia dikenal.
“a…aku…” tanpa lama-lama Mia berlari
dengan sekencang-kencangnya meninggalkan laki-laki itu.
Namun ketika ia sedang berlari ia
mendengar suara yang tak asing lagi ditelinganya, suara yang sama yang ia
dengar ketika di villanya beberapa hari yang lalu.
“kau mau kemana???” suara itu pun
mengeluarkan pertanyaan untuknya.
“siapa kau?” Satu pertanyaan pun keluar
dari mulut manisnya.
Mia memutarkan badannya sambil mencari
dimanakah suara itu berasal. Tiba-tiba ketika terus berputar, terlihatlah satu
sosok gadis dan gadis itu serasa tak asing bagi Mia, ia merasa pernah bertemu
dengan gadis itu. Gadis itu mebelakangi Mia. Mia pun mendekati gadis itu, dan sedikit demi sedikit gadis itu pun
membalikan badannya ke arahnya. Dan ternyata gadis itu adalah gadis yang pernah
ditemui Mia beberapa hari yang lalu tepat di ayunan yang berada di villanya
itu.
“kau masih ingat dengan ku?” Tanya gadis
itu.
“kau…. Kau yang beberapa hari lalu
bermain ayunan di villaku kan?”jawab Mia.
“he, ya”.
“mengapa kau ada disini? apa yang kau kau
lakukan disini? apa… apa kau yang membawaku kesini?” Tanya Mia.
Gadis itu hanya tersenyum, Dan membuat
Mia pun semakin bingung. Mia pun kembali bertanya
“kau ini siapa sebenarnya? Aku tak
mengerti dengan semua ini?”
“kau lihat laki-laki tadi, dia itu
kakakku!” jawab gadis itu.
“maksudmu laki-laki yang keluar dari
rumah itu dan membuatku takut?”
“kau tak perlu takut, dia itu kakakku.
Kakak yang begitu sayang kepadaku. Ia Tak pernah sedikitpun mengeluh di
depanku!”.
“aku tidak mengerti, mengapa kau
membawaku kesini”.
“aku ini sebenarnya… tapi kau tak akan
takut kepadaku kan?”.
“maksudmu? Mengapa aku harus takut?”.
“aku ini adik laki-laki yang kau lihat
tadi. Seorang adik yang meninggalkannya tanpa mengatakan apa-apa. Dan aku ingin
kau membantuku!”.
“membantumu? Apa itu? Dan mengapa kau
meninggalkan kakakmu, bukankah kau bilang dia sangat baik terhadapmu?”.
“takdir yang membawaku”.
“maksudmu? Aku semakin tidak mengerti
apa yang kau katakan”
“aku ini adalah arwah, arwah yang ingin
sekali melihat kakaknya bahagia. Aku ingin dia menemukan kebahagian yang belum
pernah aku berikan untuknya. Dan kau adalah orang yang bisa memberikan
kebahagiaan itu untuknya”.
“jadi kau ini hantu?”
“kau tak usah takut, aku hanya ingin
meminta bantuanmu saja”
“aku? Mengapa aku?”
“kau adalah temanku bukan? Kau ingat apa
yang kau katakan ketika aku berkunjung ke villamu? Waktuku tak banyak, aku
hanya ingin kau membantuku untuk membahagiakan kakakku. Hanya itu saja, aku
harus pergi kakakku datang!”.
“tunggu!”.
Mia benar-benar merasa berada didalam
khayalan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dari kejauhan terlihat seorang
laki-laki mendekat kepadanya.
“kau tak apa-apa?” Tanya laki-laki itu
Mia hanya terdiam, dan berusaha menganggap
apa yang ia alami ini hanyalah mimpi dan ia merasa harus bangun, bangun dari
mimpi yang membiangungkannya itu.
“hey.. kau tak apa-apa?” Tanya laki-laki
itu sekali lagi.
“ya, aku taka pa-apa” akhirnya
terucaplah sebuah kalimat dari bibir Mia.
“syukurlah, aku takut kau kenapa-napa. Apa
aku yang membuatmu takut?”
“ti…tidak, kau tak menakutkanku. Hanya
saja…..”. jawab Mia gemetar
“hanya saja apa?”
“tidak, kau mempunyai seorang adik?”
“bagaimana kau tahu? Ya memang benar aku
mempunyai seorang adik, tapi dia telah lama meninggal. Umurnya beda satu tahun
denganku. Oh, mengapa kau bertanya seperti itu?” Tanya laki-laki itu.
“tadi aku bertemu dengan adikmu, dia
bilang…….” Jawab Mia gugup.
“kau bertemu dengan adikku? Memangnya
kau kenal dengan adikku? Lagipula dia sudah lama meninggal. Kau jangan bercanda
ini tidak lucu!”
“aku tidak bercanda, tadi adikmu yang
menceritakannya kepadaku, dan dia menyuruhku untuk membantunya.”
“membantunya? Kau benar-benar sudah
gila, sudahlah aku harus pergi”.
“kau mau kemana? Apa yang ku bilang tadi
benar-benar terjadi, adikmu menemuiku!”
“aku tak mau berurusan dengan gadis aneh
sepertimu” ketus laki-laki itu dan pergi
meninggalkan Mia.
“hey..aku ini tidak bercanda, kau harus
percaya kepadaku!” teriak Mia keras menjelaskan.
***
Pagi itu Mia bergegas pergi untuk
menuntaskan masalah yang datang kepadanya. Ayah dan ibunya pun merasa aneh
kepada mia pagi itu. Tak seperti biasanya Mia pamit untuk jalan-jalan keluar,
biasanya masih tidur dengan pulas di tempat tidurnya.
Ternyata pagi itu Mia bergegas kerumah
sederhana yang ia temui kemarin. Rumah dimana tinggal didalamnya seorang
laki-laki muda, dan satu orang perempun tua yang ternyata adalah neneknya. Rio,
nama laki-laki yang ternyata berumur satu tahun diatas Mia. Dia merupakan siswa
kelas 3 SMA disekolahnya. Pagi itu terlihat pintu rumah yang dilihat Mia
terbuka, ternyata terlihat laki-laki muda berpakaian rapi keluar membuka pintu
itu. Itu adalah Rio, ia memang biasa keluar dengan pakaian rapi setelah
semingguan ini. Selam libur sekolah ia memang terdaftar sebagai pegawai di
suatu hotel ternama yang berada di sekitar wilayah itu.
Rio memang merupakan tulang punggung
bagi keluarganya. Ia hanya tinggal bersama neneknya. Semenjak ditinggal kedua
orang tuanya. akibat tabrakan beruntun yang menimpa keluarganya sepuluh tahun
yang lalu, Rio memang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Dan Rio
lagi-lagi harus menerima kenyataan bahwa adiknya yang paling ia sayang pun
pergi meninggalkannya.
Ketika mendengar cerita tentang
kehidupan Rio, mia merasa sangat sedih. Ia merasa ternyata ia lebih beruntung
dari pada Rio. Masih memiliki kedua orang tua yang lengkap, kehidupan yang
cukup mewah. Sangat berbeda dengan kehidupan laki-laki yang diceritakan nenek
Merry, neneknya Rio kepadanya.
Ketika tiba di villa, Mia pun menangis
di depan kedua orang tuanya. Meminta maaf apa yang sudah ia lakukan kepada
orang tuanya, semua perbuatan yang membuat orang tuanya merasa kesal dengan semua
tingkah lakunya. Suasana pun haru biru.
***
“kau masih ingat denganku?” Tanya Mia
“kau…? Kau gadis aneh yang mengaku
bertemu dengan adikku kemarin kan?” jawab Rio.
“ya, ini aku. Aku Mia dari Jakarta,
disini aku hanya berlibur.”
“aku tidak bertanya tentang nama atau
asalmu dari mana. Kau memang gadis aneh yang pernah ku temui!”.
“tak apa kau menyebutku dengan sebutan
gadis aneh. Hanya saja aku ingin mengungkapkan apa yang benar-benar aku alami dan
itu berkaitan dengan adikmu Rose, Rio!”
“dari mana kau tahu namaku dan adikku?”
“kau tak usah tahu aku mengetahuinya
dari mana, yang jelas aku datang kesini hanya untuk menyampaikan pesan dari
adikmu”. Jelas Mia.
“kau pikir aku akan percaya padamu? Aku
bukanlah orang yang bisa kau bohongi. Kemarin aku sudah bilang adikku sudah
lama meninggal bagaimana bisa dia menemuimu?”
“tapi dia benar-benar menemuiku Rio!”
Mia benar-benar tak mau kalah ia memang
sangat berniat membantu Rose menyampaikan pesannya untuk Rio, pesan terakhir
yang mungkin bisa membuat Rio bahagia. Namun tetap saja Rio sedikit pun tidak
percaya dengan semua omongan Mia dan menganggapnya hanya omong kosong.
Mia terus saja mengikuti Rio kemana pun
ia pergi, kebetulan hari itu Rio sedang libur kerja. Ia pun pergi ke sebuah
danau yang indah, dan dibelakangnya terlihat Mia mengikutinya tanpa ia sadari.
Dan Mia merasa sangant kagum dengan tempat yang dilihatnya itu. Itu memang
tempat yang biasa Rio kunjungi ketika sedang mendapat masalah atau apapun yang
membuat Rio sedih.
“kau mengikutiku?” Tanya Rio ketika
mengetahui ternyata dari tadi Mia mengikutinya.
“aku tidak mengikutimu, tapi hanya
melihat-lihat” jawab Mia beralasan.
“ini tempat yang biasa aku kunjungi jika
pikiranku lagi kacau, kau tahu tempat ini benar-benar memberiku kekuatan dan membuat pikiranku yang kacau hilang
dengan sendirinya”. Jelas Rio kepada mia.
“aku melihat adikmu!” ucap Mia dan
memalingkan matanya ke satu titik.
“kau tak usah bercanda, mengapa kau
seperti ini?” jawab Rio sedih.
“dia senyum, cantik sekali. Dia senyum
untukmu Rio” ucap Mia menghiraukan pertanyaan Rio sambil melihat Rose.
“aku sayang padamu kakak” ucap Rose
kemudian diikuti Mia.
“cukup, cukup. Aku bilang cukup! Aku
tahu ini hanya lelucon, ini semua tidak benar. Adikku telah meninggal, mana
mungkin dia ada disini?” batin Rio terguncang mendengar perkataan Mia tersebut.
“aku tidak bohong kepadamu Rio, sungguh!
Tunggu kau mau kemana” jelas Ami, kemudian mengejar Rose.
“katakan temanku, aku menyayangi
kakakku. Dia harus hidup bahagia, harus! Aku ingin kau sebagai penyemangat dia
Mia, aku mohon. Kau lah yang bisa membahagiakan dia, Aku yakin Mia. Kini tiba
saat ku pergi untuk selamanya. Aku ingin kau menepati janjimu kepadaku Mia,
sebagai teman. Katakan kepada kakakku aku menyayanginya, aku menyayanginya Mia,
aku benar-benar ingin melihatnya bahagia, bahagia Mia, bahagia!” suara itu
akhirnya menghilang dan Rose pun menghilang, benar-benar menghilang.
Mia merasa sedih dengan pesan terakhir
Rose, itu membuat hatinya benar-benar sedih dan berat sekali menerima
kenyataan bahwa teman yang baru ia temui
akhirnya pergi untuk selama-lamanya dan tak akan pernah kembali.
Sehari setelah kejadian itu, akhirnya
tibalah untuk Mia mengakhiri masa liburannya. Liburan kali ini benar-benar
memberinya pelajaran yang cukup berharga. Rio, Rose dan keluarganya membuat Mia berubah.
“bereskan semua baju-baju kamu sayang!”
perintah Ibu kepada Mia.
“iya Bu.. akan aku bereskan” jawab Mia.
Setelah selesai membereskan semua
pakaian dan mereka pun siap kembali ke Jakarta. Memulai semua kesibukan yang
pernah di lakukannya sekitar dua minggu yang lalu. Tiba-tiba ketika mobil yang
Mia dan keluarganya tumpangi akan melaju, terlihat seorang laki-laki yang ia
kenal berada tepat di depan mobil.
“Rio…” tegur Mia menemui Rio dan keluar
dari mobil.
“Mia, aku…”
“kau kenapa?” Tanya Mia
“kau mau pulang Mia?”
“ya, aku harus pulang Rio. Aku haru
memulai semuanya lagi sekolah dan yang lainnya”.
“pergilah, tapi aku hanya ingin
myampaikan sesuatu kepadamu”
“apa itu Rio?”
“tiga tahun lagi aku akan menemuimu,
pasti”
Mia pun tersenyum. Senyuman yang begitu
manis, kado terindah yang Rio dapat dari seorang gadis yang memberinya
kebahagiaan. Janji itu pun terucap dari mulut Rio.
***
Seorang manager hotel ternama di
Jakarta, akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di hotel itu karena yang
menempati jabatan itu adalah seorang laki-laki muda, tampan dan akan
menuntaskan pendidikannya sebentar lagi. Di sebuah perguruan tinggi negri di
Jakarta, laki-laki itu mengenyam pendidikannya. Rio, laki-laki asal puncak Bogor
yang sukses dengan pekerjaan serta pendidikannya. Ketika Rio menjadi seorang
wisudawan di kampusnya, semua orang ingin melihatnya. Ketika ia bergegas pergi
dengan tergesa-gesa, tidak sengaja ia bertabrakan dengan seorang wanita cantik.
Dan wanita itu adalah Mia, gadis yang dahulu pernah ia kenal.
“Mia???” Tanya Rio tidak percaya dengan
apa yang di lihatnya itu.
“Rio… inikah engkau??” tanya Mia
terkejut.
“ya, ini aku Mia. Orang yang pernah
berjanji kepadanmu tiga tahun yang lalu”.
Suasana di siang hari itu pun benar-benar
seperti bernostalgia, mengingatkan ketika pertama kali bertemu. Mia pun
tersenyum merah, Senyuman yang tak pernah Rio lupakan. Ini benar-benar pesan
yang membuat Rio bahagia tak pernah ia merasa sebahagia ini.
“Rose ini kah pesan yang ingin kau
sampaikan???” Tanya Rio dalam hati.
“terima kasih Rose, ini pesan terindah
yang pernah kakak terima”.
Pesan terakhir Rose pun tersampaikan. Pesan
terakhir yang berisi kebahagiaan untuk kakak tercintanya.
***
Ale (Bandung, 25 April 2012)
Ulangan
ReplyDelete