Ratu kecantikan tertua di dunia ini,
diselenggarakan tahun ini. Indonesia di pilih menjadi tuan rumah di ajang
bergengsi tersebut. Rasa nasionalisme kerap hadir ketika Negara ini menjadi
tuan rumah suatu kegiatan, apalagi jika kegiatan tersebut merupakan ajang
bergengsi di dunia. Tidah heran memang jika setiap berbondong-bondong
menunjukan rasa nasionalismenya. Entah itu hanya ikut-ikutan semata atau memang
murni datri hatinya.
Untuk ajang sekelas miss world ini,
indonesia memang merasa harus bisa memanfaatkan kehadiran dari ajang ini.
Sebagai tuan rumah indonesia bisa saja menampilkan berbagai hal kebudayaan yang
ada di indonesia. Kebudayaan yang ada pun sekiranya tak akan bisa diperkenalkan
semuanya. Akan tetapi hal-hal terunik dari budaya kita memang patut di
perkenalkan dengan adanya ajang ini.
Sebagai warga bagian timur dunia,
indonesia memang memiliki banyak norma yang di anut. Apalagi dengan banyaknya
keragaman budaya mulai dari suku sampai agama pun berpengaruh besar dalam hal
ini. Pro dan kontra memang selalu hadir, ajang ratu kecantikan memang selalu
menghadirkan sensasi di mata seluruh masyarakat dunia. Budaya miss world yang
kita ketahui memang lebih menekankan kepada memperlihatkan betapa cantiknya seorang
wanita di setiap belahan dunia ini. Setiap wanita memiliki keunikan di
masing-masing dirinya. Kepintaran memang menjadi poin penting juga, akan tetapi
hal yang tidak bisa diterima masyarakat ketimuran adalah budaya miss world yang
memang sangat jauh bertentangan dengan masyarakat kita. Kontes bikini misalnya,
pihak panitia miss world sendiri harus menghapus salah satu icon yang memang
setiap tahun sering di konteskan pada ajang bergengsi ini.
Budaya indonesia tidak bisa membaur
secara penuh dengan budaya miss world. Timur tidak bisa membaur dengan barat.
Ada hal-hal yang membuat budaya miss world tersebut di kecam untuk tidak di
konteskan tahun ini. Banyak pihak yang melarang hal itu. Budaya ketimuran
memang tidak bisa membaur dengan budaya kebaratan.