RIDHO SUSAH TIDUR
Aku habiskan waktuku selama lima belas Coa di lubang gelap ini, berharap ada pasukan Orwell yang datang menjemput dan memastikan semuanya aman di permukaan sana. Selama ini, aku bertahan hidup hanya dengan makan bongkahan remah-remah yang Orwell sempat bawa dan gumpalan air yang menggenang di sekitaran lubang.
Sepanjang Coa, Orwell terus bercerita tentang koloni nya yang hidup dibawah ancaman Kuuga, si Kecoa Perak pemimpin kaum mereka, kaum Gorr. Orwell mengisahkan betapa getirnya hari-hari ia dalam melakukan perlawanan, hari-hari dimana ia harus kehilangan kawan yang ia cintai.
Ia melanjutkan bahwa dulu Barador pernah dikalahkan dan ditutup oleh seorang raksasa yang bersenjatakan asap putih yang mematikan. Ketika itu Barador mengalami kekacauan, semua anak cucu kaum Gorr berhamburan keluar dan berakhir dengan mengenaskan.
Namun tidak berselang lama, Barador kembali dihuni oleh kaum Gorr, si kecoa perak menjadi tokoh sentral dalam pembangunan Barador. Kenapa demikian, karena saat tragedi pennghancuran Barador oleh raksasa bersenjatakan asap putih, hanya Kuuga satu satunya dari kaum Gorr yang selamat. Ia berhasil bertahan dari asap putih yang mematikan. Dampak dari asap putih itu yang membuat Kuuga mengalami kesakitan yang luar biasa, sejak saat itu tubuhnya berubah menjadi perak.
Ratu Miasma yang saat itu masih memimpin koloni, mati terbunuh oleh Kuuga. Tubuhnya dicabik-cabik hingga tak bersisa, dan dibiarkan membusuk di tengah tengah koloni. Masih hangat dalam ingatan Orwell, sesaat setelah Kuuga membunuh Miasma ia berujar didepan seluruh koloni “jika kalian ambil sesuatu apapun itu di wilayahku, maka aku akan bakar semua tempat persembunyianmu!”.
Semenjak itu, cara koloni bertahan hidup dengan cara hide and run. Terlalu beresiko untuk bertahan hidup secara terbuka karena ancamannya terlalu nyata ada di depan mereka. Sudah tujuh Coa aku disini, belum ada tanda-tanda aku dan Orwell diselamatkan oleh pasukannya.
Sedang aku mengobrol dengan Orwell, kita dikagetkan oleh getaran yang tidak normal, semacam sesuatu yang sedang berjalan ke arah kami. Jujur, getaran itu membuat kami ketakutan dan berfikir yang macam-macam lalu getaran itu semakin dekat, semakin kuat!.
“Nih kak!” adikku sambil memberikan semprotan disinfektan serangga. “makasi ya, kesel banget ini sama kecoa! Bikin geli ke kaki sama bau dek! Apalagi ini nih kecoa aneh warna perak! Daritadi ganggu terus!”
***