Karena
Cinta Itu Cinta
Cerita itu dimulai
ketika aku mulai masuk SMA. Saat dimana para remaja seumuranku maresakan
indahnya cinta. Namun cerita itu tak sama denganku. Namaku Cinta, tapi kata
cinta yang dirasakan para remaja itu sedikitpun tidak melintas dibenakku.
Kata orang cinta itu indah, cinta
itu mmanis, tapi ada juga yang mengatakan bahwa cinta itu menyakitkan. Aneh
sekali apa yang dinamakan cinta itu, Sedih dan bahagia bisa di dapatkan dalam
waktu yang bersamaan.
Mungkin karena namaku
Cinta, aku jadi sial dan cinta tidak mau mendekatiku. Wajahku tidak jelek-jelek
amat, bahkan semua teman-temanku kebanyakan cowok. Tapi ada satu hal yang
membuat orang enggan mendekatiku, yaitu karena aku cuek banget sama cowok.
Selain itu gayaku yang tomboy membuat cowok ilfeel sama aku. Itu mungkin hanya
pendapatku saja, soalnya tanda-tanda seorang cowok menyukaiku saja tidak aku
rasakan sama sekali. Sampai-sampai teman-temanku bilang kalau aku tidak normal.
Memangnya aku cewek apaan?
Pagi itu aku hendak
menyimpan sepeda di tempat parkir sekolah. Tapi ada hal yang membuat berbeda di
hari itu, tempat parkir yang biasa kutempati ternyata ditempati orang. Motor
sport terlihat sedang berdiri kokoh di atas standar motor itu. Namun anehnya aku
baru melihat motor itu. Dan akupun penasaran siapa orang yang punya motor itu.
Kudekati motor itu dengan perlahan dan sedikit mengendap-endap, dari belakangku
ternyata ada seseorang yang hampir saja menakutkanku. Aku pun kepalang kaget,
helm yang aku pegang pun dengan tidak sengaja mendarat di muka orang itu.
PLAKKKK !!!!
“awwww” Teriak orang itu kesakitan.
“ maaf-maaf” ucapku sambil
melepaskan helm ditanganku.
Ternyata itu anak baru di
sekolahku. Aku bisa bilang seperti itu karena aku baru melihatnya. Dan tatapan
mata itu mengapa begitu aneh dipikiranku. Kebetulan kita memang saling
bertatapan, namun hal itu pun segera berakhir ketika cowok itu maju ke arahku
hingga sampai ke motor yang baru saja
merebut tempat parkirku itu. Ia mengambir map dan melesat pergi menjauh tanpa
mengatakan hal apapun kepadaku. Aku pun terdiam sebentar namun diamku itu
akhirnya buyar ketika sahabatku sedari kecil memanggilku namanya virgo.
Di koridor sekolah
kulihat orang-orang sedang berkerumun, aku pun sontak kaget dan bertanya-tanya
apa yang membuat orang-orang itu sam pai histeris seperti itu. Memang
kebanyakan dari mereka adalah para cewek-cewek sekolah yang keganjenan, dan
centi-centil. Ihhh aku merasa jijik dengan sikap mereka yang seperti itu.
Ketika ku perhatikan tiba-tiba dari kerumunan tersebut keluar seorang cowok yang tadi kutemui di parkiran sekolah.
Ketika aku sampai
dikelas, aku dan virgo pun segera duduk. Bel masuk pun berbunyi, seoarang guru
terlihat masuk keruangan kelasku dan disusul seorang cowok yang sudah dua kali
ku temui hari ini. Semua cewek di kelasku pun teriak histeris entah apa yang
membuat mereka seperti itu namun satu hal aku sama sekali tidak tertarik untuk
mengikuti mereka.
Seminggu telah
berlalu, sekolahku bagaikan ajang pertis dengan para penggemarnya. Dan telah
menjadi cerita public bahwa yang menjadi artis di sekolahku selama sepekan ini
adalah anak baru itu. Lebih-lebih lagi ketika anak baru itu masuk tim basket
sekolah. aku sebel banget melihat anak baru itu. Otakku mau pecah jika melihat dia
di kerumuni anak-anak sekolah. bukannya aku sirik, aku hanya tidak suka dengan
orang yang berlebihan seperti anak baru itu.
PLAAAKKKKK!!!! Bola basket
menjurus kepadaku. Kepalaku pusing, dan aku tak ingat apapun. Tiba-tiba ketika
aku sadar, aku sudah terbaring lemas di ruang UKS sekolah.
“kamu tidak apa-apa?” Tanya
seorang cowok yang kulihat menungguku di UKS sekolah.
Dengan mata sedikit berkaca-kaca
kubuka kelopak mataku perlahan-lahan dan ternyata aku kaget bukan kepalang, cowok
yang sengaja menungguku di ruang UKS adalah Raka anak baru yang menjadi
bulan-bulanan anak cewek di sekolah.
“heyy, kamu tidak apa-apa kan?”
Tanyanya lagi.
Aku benar-benar kaget dan membuat
mulutku seakan-akan tidak bisa terbuka untuk mengucapkan satu kata pun.
“oh, aku minta maaf. Tadi aku
tidak sengaja melempar bola basket, dan ternyata kena kepalamu.” ucap Raka
dengan senyuman ramahnya.
Aku semakin tidak bisa
berkata-kata sedikitpun. Entah mengapa mulutku seakan terkunci dan tak bisa
membuka untuk mengucapkan satu kata pun.
“Cinta…!!!” seru virgo masuk
dengan cemas menemuiku.
Dengan spontan aku pun langsung
menarik virgo keluar tanpa memperdulikan Raka yag sedari tadi menungguku.
Kejadian itu
benar-benar membuatku bungkam seribu bahasa. Sudah tiga hari mulutku bungkam,
virgo pun merasa aneh kepadaku. Pikiranku benar-benar habis. Raka benar-benar
membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Entah sihir apa yang membuatku jadi
seperti ini.
“cinta, ada yang aneh darimu.
Kamu kenapa sih??” pertanyaan itu sering
Kali terlintas di benakku. tapi entahlah
akupun tak bisa menjawabnya.
Setelah seminggu
berlalu, aku pun sudah kembali seperti aku yang dulu. Pagi itu aku dan virgo
berangkat sekolah bareng dengan sepeda kami masing-masing. Tiba-tiba dari
belakang ada motor menikung dan memotong ,perjalanan kami. Aku sangat terkejut,
virgo pun sama.
“hai Cinta!!!” tegur seorang
cowok membuka helm dan turun dari motor itu.
Terlihat sosok Raka, tiba-tiba
jantungku berdegub dengan kencang. Aku pun semakin gugup melihatnya.
“hey, apa-apan ini seenaknya saja
memotong jalan orang” sahut virgo terkesan marah.
Anehnya Raka hanya tersenyum dan
ia pun kembali memakai helmnya dan pergi meninggalkan kami. Aku dan Virgo
merasa aneh dengan tingkah laku Raka barusan. Dia memang orang aneh pikirku
dalam hati.
Semua anak berkerumun
di depan madding sekolah, entah apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Aku
mendekat dan semua orang meledekku. Aku tidak terima apa yang mereka katakana
lalu aku mendekat ke mading ternyata disana terlihat Raka menungguku dan senyum
kepadaku.
“apa-apaan ini????” Tanya Virgo.
Virgo mendekat dan mendahuluiku
untuk sampai tepat di depan Raka. Virgo merasa Raka sedang mengerjai cinta dan
ia sangat tidak terima bila apa yang di pikirkannya itu benar. Raka mendekan
kepadaku dan mengucapkan sesuatu hal yang tak pernah aku sangka.
“Cinta aku menyukaimu” kalimat
itu sangat jelas terucap, hingga semua anak yang menyaksikan itu menjerit.
Aku benar-benar gugup seperti
mendapat serangan jantung dan membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Dan kejadian
ini lebih dari kejadian di UKS lalu.
Entah apa yang
membuatku menerima raka sebagai pacarku tapi itulah cinta sulit dipahami. Satu
minggu jadian dengan Raka membuatku bahagia. Dulu melihat orang pacaran bagitu
aneh tapi sekarang aku merasakannya. Tapi kebahagiaan itu runtuh seketika,
disaat aku tahu bahwa ternyata Raka jadian denganku karena mendapat tantangan
dri temannya. Dan itu hanya sekedar taruhan???? Aku benar-benar lemas mendengar
berita itu. Virgo memang mengetahui hal itu dari temannya, dan
memberitahukaanya kepadaku. Awalnya aku tak mempercayainya tapi aku melihat
sendiri Raka mendapat uang hasil taruhannya itu. Aku marah besar pada waktu itu
dan menampar Raka hingga dia terjatuh. Aku merasa kekesalanku harus
terlampiaskan padanya waktu itu juga tapi Virgo menghentikanku.
“aku benci kamu Raka!!!” satu
tembakan menembus foto Raka.
Virgo memang mengerti segala yang
kurasakan. Ia pun mengusulkan agar aku melampiaskan segala kemarahaku pada
sehelai kertas yang terpampang foto Raka.
Rasanya malas jika
harus ke sekolah. Raka menjadi musuh pertama yang tidak ingin kutemui. Apalagi
aku dan dia sekelas. Setelah sekian lama rasa benci itu pun akhirnya pudar.
Tidak ada rasa suka bahkan benci yang terlintas di pikiranku jika melihat Raka.
Syukurlah, karena tidak baik membenci orang terlalu lama. Itulah kata-kata yang
sering ku dengar dari mulut virgo. Sahabatku itu memang sangat baik terhadapku.
Dan entah mengapa aku memendam rasa suka terhadapnya, tapi aku tidak mau
mengatakannya karena aku tahu CINTA itu mungkin tidak akan selamanya seperti
namaku CINTA. Mungkin saja namaku bisa dikenang orang tapi orang yang mempunyai
nama itu pun pasti akan meninggal. Maka aku putuskan untuk memendam semua
perasaanku pada virgo.
Tags
cerpen