RIDHO SUSAH TIDUR - EP.2 Sebuah Pilihan (CERITA BERSAMBUNG)

 

Gratis Foto stok gratis elektronik, insomnia, jam digital Foto Stok

RIDHO SUSAH TIDUR

“Sebuah Pilihan”

Mataku lelah, sudah seharian ini mataku sulit terpejam. Entah sudah hari ke berapa mataku masih menyala seperti ini, pedih, panas dan mulai berair. Tidak ada aktivitas hari ini! Semua waktuku, kuhabiskan dengan hanya rebahan di kasur, buku karya PK Ojong di tangan kiri dan kue rangi di tangan kanan. 

Dari halaman satu ku mulai. 

Menelusuri reruntuhan kota di Gdansk, semuanya luluh lantak akibat meledaknya arsenal amunisi Westerplatte. Bagiku ini sangat asing dari mulai suhu lingkungan yang relaitf dingin, tembok-tembok bangunan yang menghitam akibat efek ledakan, jalan berlubang dan pohon yang terbakar. 

Pagi ini terasa mencekam, kota ini sangat sepi hampir seperti kota mati. Aroma mesiu mulai tercium, sepertinya beberapa jam lalu terjadi baku tembak di sini. 

Ya, benar saja! Terlihat lubang-lubang di tembok bekas penetrasi peluru lalu lalang. Dari kejauhan, aku melihat mobil semi truk yang masih menderu, ku hampiri setengah berlari dengan harapan ada orang disekitarnya yang bisa kumintai informasi. Sesaat setelah mendekat tiba-tiba dari atas reruntuhan terdengar suara “Kryc sie, Kryc sie szybko!” seperti memperingatkan sesuatu, saat itu aku kebingungan setengah mati sambil mencari darimana suara tersebut datang, siapa dia? 

Lima detik setelah itu, aku dikejutkan dengan ledakan yang hampir mengenaiku. Ledakan itu berasal dari sebuah proyektil mortir yang menghantam tanah lima puluh meter dari titik aku berdiri. Telingaku berdenging, semuanya hening seolah aku sedang memegang remote dan ku tekan tombol mute. Sedang telingaku berdenging, tubuhku dipenuhi debu reruntuhan, ah pedih sekali debu ini mengenai mataku.

Dari pandanganku yang buram, dari arah pinggir, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tubuhku dan berkata sedikit membentak “Ty glupcze!” 

Menyusuri lorong reruntuhan bangunan rumah, aku dibawa kemana entah oleh seorang tentara kulit putih. Sepanjang perjalanan ia tak henti hentinya menggerutu, dengan bahasa dia sendiri tentunya. Aku yang tidak mengerti hanya bisa diam dan merasakan perih di mata akibat serpihan debu yang masuk ke kelopak.

Sesampainya di tujuan, aku disambut oleh beberapa orang tentara kulit putih bersenjata lengkap dan tumpukan kotak amunisi juga kendaraan lapis baja yang terparkir jauh di dalam bangunan yang hampir luluh lantak. Seketika aku dibawa masuk ke dalam bangunan yang lebih luas, ternyata didalamnya banyak sekali tentara kulit putih yang sedang beristirahat, ada juga yang sedang membersihkan pucuk senjatanya. 

“aku tahu kau pasti kebingungan dengan bahasa kami, tenang saja! Hanya aku disini yang mengerti bahasamu” sahut pria tinggi yang datang dari belakang. “kami disini sudah enam puluh dua jam setelah Blitzkrieg pertama, Jerman berhasil meluluhlantahkan gudang senjata kami di Westerplatte, tentara kami sampai detik ini berjumlah 216 orang, pagi yang berat bagi kami, hahaha.” “oh iya, namaku Bohun. Senang bertemu dengan mu, Do” seketika aku terkejut, ternyata dia sudah tau namaku. 

“Aku dapat laporan dari divisi intel, satu jam lagi tentara Jerman tiba disini. Oh iya Do, siang ini aku dan beberapa temanku akan melakukan penyergapan di jembatan Tczewski, apa kau mau ikut ?”

***

 

 

1 Comments

Previous Post Next Post